Senin, 04 Agustus 2014

Oseng-oseng Pare

Pas lebaran umumnya menu-menu daging dan masakan bersantan yang tersedia dirumah, namun justru masakan sehat seperti sayur atau serat sulit ditemukan karena tukang sayur pada mudik. Menu-menu daging tersebut juga bisa menaikan tekanan darah karena kolesterol dan sebagainya. Banyak sekali kasus-kasus penyakit berat yang menyerang atau kambuh pasca lebaran, maklum meskipun ini setahun sekali sehingga banyak orang beranggapan lebaran ini pengecualian untuk memakan sajian dagin nan berlemak yang mungkin dilarang oleh dokter, alhasil pemkluman ini banyak yang berujung pada petaka.

Langsung saja berangkat ke pasar untuk mencari sayuran penawarnya, lalu diputuskan untuk membeli Pare, Pare atau Periak istilah orang Sumatra ini terkenal pait namun banyak manfaatnya salah satunya untuk menurunkan darah tinggi. Sama halnya pipa minyak atau gas, biasanya ada endapan lilin/ scale pada pipa pipa tersebut dan akan mempersempit diameter pipa bahkan mungkin bisa menyumbat pipa-pipa yang kecil, alhasil tekanan dalam pipa akan semakin tinggi dan jika sampai menyumbat maka bisa saja bisa memperparah suatu proses distribusi Migas tersebut. Nah, logika tersebut juga terjadi di tubuh manusia, jika dalam saluran tubuh kita banyak lemak/ kolesterol maka saluran/ "pipa"nya akan kaku dan menyempit bahkan bisa saja menyumbat, jika sumbatan ini terjadi pada pembuluh darah yang menuju jantung, tentu akan berakibat fatal. Oleh karena itu, ayo kita buat masakan pare untuk penawarnya.

Resep di bawah ini mengadopsi dari buku resep Fatmah Bahawan dan Tim, namun telah dimodifikasi tentunya. Langsung saja ya:

Bahan:
2 buah Pare, kerat, buang bijinya dan rendam dalam air garam
1 buah Wartel, keruk/ buang kulit luarnya, iris memanjang menyerupai lidi
5 ekor udang jari, kupas, bersihkan dan potong-potong
1sdt ebi, tumbuk/ haluskan
5 siung bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, memarkan lalu cacah
2 cabai merah/ rawi, iris
1/2sdt garam
1/2sdm gula pasir
1/2 sdm minyak wijen (opsional)
1/4 sdt bubuk kaldu ayam/ sapi
2 lbr daun salam (bisa tambahkan daun jeruk jika ingin tambah wangi)
2 batang serai (1batang serai jika ukurannya besar)
1sdt kecap asin
1sdt perasan jeruk nipis
1cm jahe
Minyak goreng secukupnya untuk menumis (3sdm)

Cara membuat:
1. Potong buah Pare tipis-tipis, lalu rendam lagi dalam air garam
2. Siapkan wajan dan panaskan minyak untuk menumis.
3. Tumis bawang putih hingga harum/ keemasan, masukan bawang merah, tunggu hingga harum, masukan udang, tunggu hingga berubah warna, masukan ebi bubuk, serai, daun salam, tumis hingga harum
4. Masukan irisan Pare (tanpa air rendaman) dan wortel, aduk rata.
5. Masukan garam, gula, minyak wijen, bubuk kaldu, kecap asin, perasan jeruk nipis dan jahe, aduk rata.
6. Tunggu hingga matang lalu angkat dan sajikan.



Sedkit Tips:
- Rendam Pare untuk mengurangi rasa pahitnya, jangan diremas-remas dalam air garam supaya teksturnya tetap renyah saat dimakan.
- Kecap asin, perasan jeruk+ jahe dapat diaduk-aduk di dalam gelas, gunakan air jahe saja, ampasnya dibuang. Bumbu ini sangat wangi dan sedap.



Ekkado Ala Hokben

Sangat ingin makan ekkado ala hokben tapi buatan sendiri :). Penasaran dan akhirnya browsing d internet untuk resep yang satu ini. Banyak sekali resep Ekkado yang tersedia di internet, namun alhasil saya coba Resep Ekkado dari webnya Serba Hokben, namun tetap kita modifikasi, saya dua kali buat ekkado dan alhasil mendapatkan rasa yang menurut saya enak :). Pada resep masakan Jepang bumbu yang utamanya adalah sake/ ang ciu, minyak wijen, kecap asin/ kecap ikan, merica, gula dan garam. Namun sebagai muslim, Ang Ciu/ Sake bisa kita konversi dan memang hasilnya lebih enak (berdasaran hasil percobaan kedua, yang pertama tidak pakai sama alternatifnya). Langsung saja begini resepnya:

Bahan:
150gr Udang (kupas dan buang kepalanya)-semakin banyak perbandingan udangnya akan semakin enak
250gr Daging ayam, cincang/ giling
20 butir telur puyuh, rebus dan kupas
kembang/ kulit tahu
1/4 sdt soda kue
Benang kasur untuk mengikat

Bumbu:
1/2sdt garam halus
1/2sdt bubuk kaldu ayam
3sdm tepung kanji/ sagu/ tapioka
1/4sdt merica bubuk
1 sdm campuran kecap asin+perasan jeruk nipis/ lemon+ perasan jahe (ini bumbu pengganti Ang Ciu)
2sdt kecap ikan/ asin (saya pakai kecap ikan karena kecap asin untuk pengganti ang ciu)
1sdt gula pasir
1 butir telur (ambil putihnya saja)
Daun bawang cincang sesuai selera (opsional)

Cara membuat:
1. Udang kupas dibersihkan dan buang kotorannya lalu dilumuri baking soda+sedikit garam supaya lebih lembut, empuk airnya keluar, biarkan beberapa saat lalu cuci dan dilap/ tiriskan/ remas tujuannya supaya udang tidak memberikan banyak air saat dimasak nanti. setelah itu cincang bukan dihaluskan pakai blender supaya teksturya terlihat/ terasa setelah dimasak.

2. Campurkan udang cincang, garam, merica, campuran kecap asin+perasan jeruk nipis+air jahe, minyak wijen, kecap ikan, gula, daun bawang, dan 1 sdm tepung sagu/ tapioka, aduk sedikit hingga rata.

3. Tambahkan ayam giling, 2sdm tepung sagu, dan putih telur, aduk hingga rata.

4. Potong kembang/ kulit tahu (10x10cm) lalu rendam dalam air supaya lentur dan mengurangi rasa asinnya. Ambil potongan kembang tahunya dan tata diatas talenan/ alas datar.

5. Ambil 1sdm adonan yang sudah dibuat tadi di atas kembang tahu, ratakan lalu beri telur puyuh rebus, dan ikat kembang tahunya dengan benang kasur.

6. Kukus hingga matang sekitar 15-20 menit.

7. Ekkado kukus juga bisa disimpan di freezer/ pembeku atau bisa digoreng jika ingin langsung menyantapnya. Untuk penyajian, goreng ekkado dahulu lalu lepaskan benangnya. Terkadang kembang tahunya akan terbuka kembali jika tali dibuka sebelum digoreng. Selamat mencoba


Sedikit tips:
- Sebaiknya menggunakan bubuk kaldu ayam daripada menggunakan vetsin/ MSG
- Tepung sagu/ kanji/ tapioka sebaiknya tidak terlalu diaduk supaya tidak memberikan tekstur yang terlalu liat/ keras, hal yang sama ketika ingin membuat empek-empek palembang.
- Putih telur digunakan supaya adonannya menyatu, gurih, dan kenyal namun jangan gunakan kuning telur karena akan sifatnya akan menyerap rasa bumbu dan membuat tekstur ini lebih benyek ketika dingin
- Gunakan campuran udang yang lebih banyak jika ingin membuatnya lebih gurih dan nikmat, namun perhitungkan campuran udang ini jika anda membuat ekkado ini untuk dijual. tambahkan sedikit gula dan minyak ikan supaya lebih gurih, untuk membuat tampilannya lebih menarik bisa menggunakan wortel parut supaya warnanya cantik dan menyerupai warna udang.




Rabu, 16 Juli 2014

Mancrafter

Saat ini sangat banyak blog-blog atau penulis yang membahas mengenai "makanan", bidangnya juga banyak, ada yang berkreasi untuk membuat makanan, ada yang memberikan komentar terhadap makanan atau tempatnya, dan ada yang sekedar memposting foto makanan buatan sendiri atau buatan orang lain, namun yang paling rendah kelasnya yaitu copy paste resep dan foto orang lain untuk dimasukan dalam tulisannya tanpa mencoba langsung untuk membuatnya. Untuk resep, sah-sah saja kita melihat referensi dari berbagai blog atau buku, tapi untuk sebuah karya memang tidak boleh di copy paste begitu saja apalagi sifatnya komersil.

Dari dulu memang sangat senang masak, sejak kecil juga sudah masak meski sangat minim sekali bahan dan alatnya. Sejak punya uang sendiri dan ngontrak di rumah yang ada dapurnya, langsung berburu alat-alat dapur, bahkan sempat membuat warung meski belum sempat buka :D. Namanya juga belajar. Setelah menikah, kegiatan memasakpun sering dilakukan meskipun tidak semenggebu-gebu seperti saat mau buka warung.

Sebenarnya kegiatan memasak bisa kita bedakan berdasarkan tujuannya, contohnya sewaktu kecil tujuan saya yaitu membuat makanan supaya perut terisi, makanannya tidak jauh dari nasi goreng dan mie instant, pas jadi anak kost tujuan memasak yaitu membuat makanan yang banyak dan murah (maklum masih masa pertumbuhan namun harus irit) maka makanannya tidak jauh dari nasi, telur dan tempe, setelah ada duit, niatnya belajar memasak yang benar kali aja bisa ngasilin duit lagi, dan kalau udah berkeluarga tujuannya yaitu supaya masakan kita disukai oleh anggota keluarga yang lain dan sehat tentunya, dan yang paling tinggi tujuannya yaitu untuk komersil, maka semua tujuan-tujuan yang tadi disebutin itu harus terpenuhi, bisa ngisi perut orang lain, porsinya cukup, harganya terjangkau, disukai orang lain dan sebisa mungkin sehat, kalau makanan bikin orang sakit mending jangan dikomersilin, dijamin usahanya ga' panjang, yang ada bisa masuk penjara dan ditinggalin konsumen.

Rasa makanan pun bisa berbeda-beda meskipun bahan dan orang yang mengerjakannya sama, contohnya saat orang membuat nasi goreng untuk 1-10 orang akan berbeda rasanya jika dia memasak nasi goreng untuk 100-1000 orang. Umumnya masakan yang dibuat lebih sedikit akan terasa lebih enak jika dibandingkan dengan masakan masal. Yang perlu diperhatikan adalah, lidah orang itu berbeda-beda, jadi penilaian terhadap makanan pun bisa berbeda, terkadang sulit untuk memuaskan semua lidah orang, namun lakukan yang tebaik, buat masakan dengan rasa cinta seperti kita masak untuk keluarga kita, sajikan dengan ikhlas dan santun, dengarkan komentar mereka, selalu belajar dan masukan yang merasakan makanan kita. Orang yang mampu masak untuk diri sendiri itu hebat, memasak untuk keluarga adalah sangat baik, dan bisa memasak untuk orang yang banyak itu luar biasa.

Restoran yang hebat bukan dilihat dari seberapa banyak menu yang bisa mereka buatkan, namun menu hebat apa yang bisa mereka sajikan. Semakin tidak fokus dan banyak menu yang ditawarkan, maka konsumen sulit menentukan menunya dan begitu pula pembuat makanannya juga pusing terlalu banyak bahan yang harus mereka siapkan dan tentu koki yang dilibatkan lebih banyak pula.